Kamis, 21 April 2011

Sang "Troubadour" kini telah berpulang

kompas.com - Saat telah terkenal pun, Franky Sahilatua memilih tinggal di rumah kontrakan di daerah Jalan Deplu, Jakarta Selatan. Berkali-kali banjir merendam rumah kontrakan itu, tetapi malah membuat Franky kian produktif. "Saya menikmati banjir yang datang ke rumah. Itu bagian dari yang menstimulus kreativitas saya," ujar Franky suatu kali kepada Kompas.com.

Maka, jika tak "dipaksa" oleh sang istri untuk berpindah ke rumah yang lebih "beradab", Franky barangkali masih tetap menikmati banjir yang datang tiap tahun ke Jakarta.

Pun begitu saat Franky meninggalkan dunia industri musik yang menurutnya sudah tak sehat itu, dia menjadi sosok penyanyi yang lebih dekat dengan kalangan bawah.

Beberapa kali Franky mengajak Kompas.com "jalan-jalan". Pertama, ke daerah Pati, Jawa Tengah, menemui para petani yang melakukan protes kepada pemda setempat karena kebijakan pemda setempat yang tidak berpihak kepada rakyat, dengan memangkas sebuah bukit untuk bahan baku pabrik semen.

Bersama para petani, Franky ikut menumpang mobil bak terbuka seraya mengajari mereka menyanyi lagu-lagu perjuangan untuk kaum tertindas.

Pun demikian saat Franky mengajak Kompas.com ke Hongkong. Status Franky yang telah menjadi Duta Buruh Migran tampak sangat dekat dengan para buruh migran di sana.

Dalam pidatonya di hadapan para buruh migran, Franky meminta supaya para TKI itu jangan takut memperjuangkan nasibnya serta melawan para calo yang telah merampas penghasilan mereka.

Semenjak meninggalkan dunia industri musik, hari-hari Franky adalah sempurna menjadi seorang troubadour. Penyanyi yang tak pernah berhitung dengan angka-angka sebagai upah dari menyanyinya. Dia bisa bernyanyi di mana saja, mulai dari komunitas seniman, para politisi, hingga di hadapan petani di tengah sawah.

Franky pernah bercerita, apa yang dia kerjakan adalah semata menjalani panggilan hatinya. Dia sudah tidak bisa bernyanyi lagu-lagu "manis", sementara rakyat Indonesia masih dililit kemiskinan dan kebodohan.

Itulah sebabnya, dia tidak pernah memilih panggung. Sebab, baginya, semua tempat dan waktu adalah panggung baginya.

Memang, sebagian penggemarnya merasa kehilangan Franky dengan lagu-lagu manisnya tentang alam dan rakyat bawah. Tetapi, pilihan hidup telah diambil Franky. Dan, Franky yang sederhana itu memilih untuk langsung berkubang lumpur bersama masyarakat bawah yang dicintainya.

Franky terlahir dengan nama Franklin Hubert Sahilatua di Surabaya, 16 Agustus 1953. Setelah menyelesaikan pendidikan terakhirnya di Akademi Akutansi Surabaya, dia pun hijrah ke Surabaya pada 1974.

Album pertama yang berjudul Senja Indah di Pantai (1975) yang dinyanyikan bersama adiknya, Jeanne Sahilatua. Sayang, karena menurut Jeanne kurang promosi, album ini pun tak laku di pasaran. Franky pernah hampir putus asa. Untunglah, Franky berkenalan dengan Teguh Esha yang memberinya syair Ali Topan. Sejak album itu diluncurkan tahun 1976, nama Franky and Jeanne pun mulai berkibar.

Terlebih saat meluncurkan album Musim Bunga pada 1978, nama Franky and Jeanne benar-benar menguasai jagat permusikan di Indonesia kala itu.

Setelah album Lelaki dan Rembulan (1992) yang sekaligus menjadi album perpisahan Franky dan Jeanne, nama Franky pun mulai surut. Hingga muncul ide untuk menyatukan Franky dengan Iwan Fals yang menghasilkan album Terminal (1993), Orang Pinggiran (1997), dan Menangis (1999). Seusai bekerja sama dengan Iwan Fals, Franky pun sempat bekerja sama dan menyanyikan syair Emha Ainun Nadjib yang berjudul Perahu Retak (1995). (Jodhi Yudono)

Diskografi (antara lain)
1. Franky & Jeanne :
-. Senja Indah di Pantai (1975)
-. Kembalilah (1975)
-. Balada Ali Topan (1976)
-. Musim Bunga (1978)
-. Kepada Angin dan Burung-burung (1978)
-. Dan Ketuk Semua Pintu (1979)
-. Panen Telah Datang (1980)
-. Siti Julaika (1982)
-. Di Ladang Bunga (1983)
-. Rumah Kecil, Pinggir Sungai (1984)
-. Biarkan Hujan (1989)
-. Langit Hitam (1992)
-. Lelaki dan Rembulan (1992)

2. Franky, Jeanne, dan Johnny
-. Menyambut Musim Petik (1986)

3. Solo
-. Balada Wagiman Tua
-. Gadis Kebaya (1984)
-. Biarkan Hujan (1985)
-. Anak Emas
-. Lelaki dan Telaga
-. Kemarin
-. Terminal (1993) bersama Iwan Fals
-. Orang Pinggiran (1997) bersama Iwan Fals
-. Menangis (1999) bersama Iwan Fals
-. Perahu Retak (1995) bersama Emha Ainun Najib
-. Aku Mau Presiden Baru (2007)
-. Saatnya Berterus Terang (1998)

4. Album lain
-. Kita Semua Sama (1989) bersama Jeanne Sahilatua, Nur Afni Octavia, Vonny Sumlang, Utha
Likumahuwa, Gito Rollies, Farid Hardja, La Storia
-. Satu Hati (2006) bersama Iwan Fals, Doel Sumbang, Trie Utami

Lagu Populer (antara lain)
-. Di Bawah Tiang Bendera (1996)
-. Kemesraan (1988)

Filmografi :
-. Mendung Tak Selamanya Kelabu (1982)

Penghargaan (antara lain)
-. AMI Award kategori country/balada (1997 & 1998)
-. Kehati Award kategori "Citra Lestari Kehati" (2004)
-. Duta Buruh Migran Indonesia oleh Serikat Buruh Migran Indonesia dan ILO (2006)

Keluarga
Orangtua : Hubert Johannes Sahilatua (ayah), Theodora Joveva Uneputi- Sahilatua
(ibu)
Istri : Harwantiningroem
Anak : Ken Noorca Sahilatua, Hugo Delano Sahilatua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cna certification